Posts

RAMALAN INFOTAINMENT

Butuh waktu satu tahun bagi saya untuk membuktikan kebohongan seseorang yang "katanya peramal hebat". "Sang Peramal" ini tampil di televisi swasta awal tahun 2008. Saat itu ia begitu dipuja karena ramalannya tentang bencana di Nusantara di tahun 2007 dinilai sangat tepat. Oke, maka "Sang Peramal" seolah "menjanjikan" bahwa Gunung Merapi kalo di tahun sebelumnya tidak jadi meletus, maka di 2008 ini akan meletus dan dijamin menjadi salah satu bencana terbesar di negeri ini. Tahun 2008 pun berlalu, ternyata Gunung Merapi "tetap sejuk" di bawah pengawasan Mbah Marijan. Yang menyebalkan hati, stasiun tv yang sama kembali mengundang Sang Peramal di awal 2009 dan kembali meminta ramalannya dengan mengabaikan "kesalahramalannya" di tahun sebelumnya. Pengen saya teriak "Dasar tak tahu malu!!" Tapi kenyataannya saya cuma bisa berkata pada diri sendiri, "ah, lagi-lagi infotainment. Siapa yang bisa mempertanggungjawabkan ke

Pengalaman Ke Hongkong dan Shenzhen (Bagian 2 - tamat)

Mungkin sambungan cerita Pengalaman Ke Hongkong dan Shenzhen udah basi karena sudah sangat usang, bahkan sempat pula diselingi postingan lain. Tapi rasanya seperti hutang yang belum terbayar, sehingga mau tidak mau harus saya posting juga. Agar tidak terlalu basi, berikut ini saya hanya akan menceritakan sejumlah tips dari pengalaman saya saat pesiar ke negeri Jackie Chan tersebut. Oke, ini dia tips kalo jalan2 ke Hongkong dan Shenzhen: 1. Bijak membawa uang Kalo Anda punya kartu ATM sebaiknya tidak perlu menukar uang terlalu banyak di Money Changer Indonesia. Mengapa? Mesin ATM banyak kok, di luar negeri. Anda bisa memanfaatkannya. Kena charge? Tentu! Tapi yakinlah pasti lebih murah. Pengalaman saya make kartu ATM Mandiri kena charge Rp.75.000,- untuk satu kali penarikan dengan harga Rp.1.100,- per Dolar Hongkong. Padahal di Pekanbaru harga 1 Dolar Hongkong Rp.1.250,- Dan saya dengar dari teman di Jakarta saat itu 1 Dolar Hongkong dihargai Rp.1.200,- Artinya terdapat selisih harga mi

Elegi Tiga Sahabat

Kamis pagi 5 Februari 2009 ponselku berdering; "Halo, ini dengan Muhammad Irfan Fauzi?" , demikian suara di seberang sana. "Ya" , jawabku. "Dengan siapa ya?" "Ini dari Mabes Polri, nama Anda ada dalam database kami sebagai pelaku tindak kriminal" . Kemudian terdengar tawa tertahan. "Apa kabarmu Fan? Udah punya istri?" "Udah!" "Udah punya anak?" "Udah!" "Anak berapa?" "Satu, mau dua!" Saat aku mengucapkan 'mau dua' suara di seberang sana bertanya, "Istri berapa?" sehingga seolah-olah jawaban 'mau dua' sebagai jawaban "Istri berapa?" "Apa??? Istrimu dua??" (Aamiin... balasku dalam hati. Siapa sih nih orang rese banget?) Akhirnya tuh orang menyebutkan juga identitasnya. Zefri. Zefri Syahputra. Teman sekelas saat SMP dan lain kelas saat SMA. Dia mengaku mendapatkan nomor ponselku dari adikku yang bekerja di rumah sakit. Kami pun bercerita banya

Pengalaman Ke Hongkong dan Shenzhen (Bagian 1)

Image
Udah lama gak posting. Jadi kagok juga. Ini foto2 saya saat jalan2 ke Hongkong dan Shenzhen. Create a Free Slideshow Saya rasa bangsa kita harus lebih serius menangani pariwisata. Minyak kita akan segera habis. Begitu pula bahan tambang lainnya. Hutan kita sudah hampir punah, yang menjadi salah satu sumber malapetaka banjir, longsor, bahkan ikut andil dalam pemanasan global. Berkaca pada Hongkong yang dikunjungi jutaan wisatawan per bulannya, maka dunia pariwisata kita harus segera berbenah. Saya bertanya pada Anda: Jika Anda seorang wisatawan asing yang sedang berkunjung ke Jakarta, apa yang Anda harapkan? Saya akan mencoba membuat urutannya: Rasa aman. Berjalan sendirian saat tengah malam di Hongkong bukan hal yang menakutkan. Lakukan hal yang sama di Jakarta. Wow!!! Rasa nyaman. Privacy! Sering kita gak ingin ketenangan kita diusik. Baik oleh pengamen, peminta-minta, bahkan tatapan heran atau sinis dari orang2 di sekitar kita. Fasilitas. Toilet yang bersih dan gratis di tempat2 y

HATI-HATI PASANG IKLAN

Image
Apa sih istimewanya gambar ini? Gambar ini merupakan print screen dari KELEBIHAN RAMADHAN . Ceritanya nih, saya lagi nyari2 hadits karena pengen bikin postingan tentang sedekah. Googling dengan beberapa kata kunci, nyampe ke halaman ini . Bagus sih, isinya memang melulu hadits . Tapi iklannya itu loh, gak hadits banget..!!! Atau mungkin adminnya pengen nunjukin beberapa contoh wanita yang tidak layak ditiru seorang muslimah? Saya tidak munafik, bahwa kadang saya senang juga hunting Adult Content. Cuma ini lain soal. Tak ubahnya seperti kita harus menjaga topik perbincangan saat berada di Masjid. Saya menahan dongkol melihat iklan seperti itu bergandengan letaknya dengan sabda Rasulullah saw yang mulia. Bagi rekan2 yang pengen pasang iklan di web atau blog, saya sangat mendukung. Tapi pilihlah yang sesuai. Apalagi situs yang fokus pada masalah agama. Bagaimanapun masalah keyakinan merupakan hal yang sensitif. Update : Menyimak komentar aLe pada postingan ini, saya baru sadar telah ke

JENGKOL

"Suka Jengkol?" tanya almarhumah istri saya saat itu. "Nggak. Tapi kalo kamu suka silahkan aja masak. Gak masalah selagi tidak menyisakan bau mulut atau polusi udara di kamar mandi" Dia tersenyum. Dan tidak pernah memasak biji Pithecollobium labatum tersebut selama kami berumah tangga. Mungkin Nyonya-nyonya penggemar jengkol akan protes kalo saya posting ini. Tak ubahnya seperti memperingatkan bahaya tembakau pada tuan-tuan penggemar rokok (alhamdulillah, saya pun tidak termasuk kelompok ini). Dan kalo saya memperingatkan perihal bakti istri pada suami, tentu Nyonya-nyonya ini akan membalas dengan tuntutan kasih sayang suami yang termasuk di dalamnya tidak melarang mengkonsumsi makanan kegemaran mereka. Sampai di titik ini saya menjadi bingung sendiri. Mungkin hanya kebetulan saya bukan perokok yang kemudian beristrikan wanita yang hanya menyenangi jengkol, tapi bukan penggemar berat. Lagi pula tidak semua kaum hawa senang makan jering (sebutan lain jengkol) dan ba

PUISI

apakah yang kau pikirkan saat kita bersama yang lain menatap purnama di sela-sela mega ----- aku tak dapat mewakilkan perasaanku pada bintang, angin atau perlambang yang lain ----- ah... mengapa awan tak juga beranjak ----- Saya tak bisa mengingat puisi tersebut secara utuh. Dan saya pun tak menemukan surat yang berisikan puisi tersebut di antara tumpukan surat2 milik almarhumah istri saya. Tapi saya tetap mengingat puisi tersebut, yang entah bagaimana bisa begitu menghanyutkan perasaan almarhumah saat itu hingga sudi menerima saya. Dan setelah kepergiannya kemudian saya sesali. Mengapa kamu jatuh cinta, Sayang? Benarkah engkau bahagia sebagaimana pengakuanmu tiap kali kutanya? Dengan segala beban hidup kita dalam kemiskinan? Terutama dirimu yang mengandung buah hati kita, yang pada akhirnya tak juga dapat terselamatkan. Ah, kau Puisi... Benarkah engkau yang berbisa?